Jakarta, ntbone – Jasa Raharja menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan keselamatan transportasi nasional dengan hadir pada ajang Heli Expo Asia (HEXIA) 2025 yang digelar di Cengkareng Heliport, Tangerang.
Kehadiran Jasa Raharja diwakili oleh Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko, Harwan Muldidarmawan, yang menjadi panelis dalam diskusi bertajuk “Saving Minutes, Saving Lives: Urban HEMS for Highways & High-Risk Areas”. Kehadiran ini menjadi wujud nyata dukungan terhadap inovasi penyelamatan korban kecelakaan lalu lintas.
HEXIA merupakan ajang pameran dan forum bisnis helikopter terbesar di Asia yang pertama kali digelar pada 2023. Tahun ini, HEXIA mengangkat tema “Elevating the Industry: Transforming to a Sustainable Tomorrow” dengan fokus pada keberlanjutan, inovasi, dan kolaborasi lintas industri.
Acara ini menghadirkan pemimpin industri, operator, regulator, serta penyedia layanan kesehatan untuk membahas peran helikopter dalam mendukung mobilitas udara, termasuk implementasi Helicopter Emergency Medical Services (HEMS) di kawasan perkotaan padat lalu lintas seperti Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Harwan menekankan bahwa isu penyelamatan nyawa dalam kecelakaan lalu lintas membutuhkan pendekatan komprehensif, termasuk memperhatikan faktor aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan terdekat.
“Hal yang menjadi pemikiran utama kami saat ini adalah bagaimana kami dapat turut memberikan masukan guna mengendalikan fatalitas. Kami sudah melakukan terobosan dalam pelayanan settlement untuk perawatan di rumah sakit, termasuk kendali mutu terhadap fasilitas, alat, tenaga medis, serta obat-obatan. Namun ternyata ada faktor lain yang memengaruhi fatalitas korban, yakni kedekatan dan ketepatan dengan fasilitas kesehatan. Maksudnya, bagaimana korban kecelakaan lalu lintas bisa mengakses fasilitas kesehatan terdekat yang tepat dengan cepat,” ujar Harwan.
Harwan juga menyoroti hambatan serius di lapangan, terutama jarak dan waktu tempuh menuju fasilitas kesehatan. Menurutnya, kondisi geografis Indonesia membuat evakuasi korban sering terhambat.
“Kalau misalnya di daerah Kalimantan, korban harus naik sampan dulu, menyeberang sungai besar, dan itu bisa memakan waktu 3–4 jam. Meski fasilitas kesehatannya sudah mumpuni, kalau jarak dan aksesibilitas tidak bisa diandalkan, maka risiko fatalitas tetap tinggi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Harwan menekankan bahwa peran HEMS berpotensi besar menekan angka fatalitas korban kecelakaan lalu lintas, khususnya pada periode emas penanganan darurat (golden period).
Ia mendorong pemerintah bersama pemangku kepentingan menyusun regulasi serta skema pendanaan yang memungkinkan penggunaan layanan medis udara secara berkelanjutan.
Harwan mencontohkan praktik internasional dengan sistem pooling untuk menanggung biaya operasional layanan medis udara sehingga tidak menjadi beban tunggal bagi pemerintah atau korban.
“Sistem penjaminannya harus jelas dan ada regulasi yang mengikat. Sehingga semua pihak terkait, baik penjaminan sosial maupun asuransi, dapat bersama-sama menanggung beban ini demi kemanusiaan,” jelasnya.
Partisipasi Jasa Raharja dalam HEXIA 2025 sejalan dengan mandat perusahaan sebagai BUMN di bawah pembinaan Danatara dan Kementerian Keuangan yang bertugas memberikan perlindungan dasar bagi korban kecelakaan lalu lintas dan angkutan umum.
Melalui forum ini, Jasa Raharja mendorong kolaborasi lintas sektor, mulai dari operator helikopter, rumah sakit, regulator, hingga perusahaan asuransi, untuk memperkuat sistem penanganan darurat di Indonesia.
Dengan hadir di HEXIA 2025, Jasa Raharja menegaskan perannya tidak hanya sebagai penjamin korban kecelakaan, tetapi juga sebagai bagian penting dalam mendorong ekosistem keselamatan nasional yang lebih tangguh, adaptif, dan inovatif. (Din)