Mataram, ntbone – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB menggelar gebyar operasi pasar murah telur merdeka sebagai upaya melawan rantai pasok pemasaran yang diduga membuat gejolak harga di pasaran.
“Jadi kami dari TPID bekerja sama bahu membahu untuk mencoba berikhtiar menormalisasi harga telur kepada kisaran yang seharusnya,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji, ketika memantau operasi pasar murah di Pasar Tradisional Pagesangan Kota Mataram, Kamis (1/9).
Menurutnya, gejolak harga telur ayam ras menjadi perhatian karena harga di tingkat hulu dengan di hilir jomplang. Di tingkat produsen hanya di kisaran Rp48.000 – Rp49.000 per 30 butir (tray). Ketika biaya angkut Rp1.000 harusnya harga di hilir di kisaran Rp50.000 – Rp51.000 per tray.
Namun pada kenyataannya, kata Heru, harga di pasaran mencapai Rp62.000 per tray. Kondisi tersebut tentunya harus diintervensi karena komoditas telur milik dari berjuta-juta masyarakat, seperti penerima bantuan sosial dan para pelaku usaha mikro kecil menengah.
“Makanya, kami melakukan ikhtiar di empat pasar Kota Mataram, yakni pasar Pagesangan, Sindu, Kebon Roek, dan Mandalika. Rata-rata satu pasar ada 500 tray yang dijual dengan harga Rp50.000 – Rp52.000 per tray, tergantung ukuran telur,” ujarnya.
Pentingnya operasi pasar telur, kata Heru, karena inflasi NTB pada Agustus 2022 mencapai 6,58 persen (yoy), dan inflasi di Kota Mataram sebesar 6,76 persen. Inflasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga komoditas pangan (volatile food), salah satunya telur ayam ras.
Inflasi komoditas pangan di NTB, yang mencapai 11,11 persen (yoy) merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia. Bahkan, di Kota Mataram mencapai 12,29 persen (yoy).
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya menggelar operasi pasar murah telur ayam ras lokal agar mekanisme pasar bekerja lebih baik dan perbedaan harga telur di tingkat hulu dan hilir tidak terlalu jauh.
“Mata rantai pemasaran juga tidak mengambil rente yang terlalu besar karena ini komoditas pangan strategis. Mungkin nanti pola distribusi dan monitoring neraca surplus defisitnya juga kita lihat kembali,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah NTB H Lalu Gita Ariadi mengatakan kegiatan operasi pasar murah telur sebagai salah satu ikhtiar pemerintah daerah sampai ada tanda-tanda normalisasi harga komoditas tersebut.
“Tugas TPID termasuk salah satunya adalah melakukan penetrasi dari pasar bergejolak sampai benar-benar normal dan terkendali. Kita ikhtiar seperti itu,” pungkasnya. (Din)